Friday, February 24, 2012

DAMPAK NEGATIF GAS KARBON MONOKSIDA BAGI KESEHATAN MANUSIA

Saat melintasi suatu kawasan dengan arus lalu lintas yang padat dan tidak memakai masker, kita pasti akan merasa sesak nafas dan mata terasa perih. Sesak nafas yang kita alami disebabkan oleh terhirupnya asap kendaraan bermotor oleh alat pernafasan kita. Hal itu dapat membahayakan kesehatan kita karena asap kendaraan bermotor mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya.
Bensin dan bahan bakar lain memegang rekor tertinggi sebagai biang keladi pencemaran udara. Asap pembuangan kendaraan bermotor merupakan sumber utama gas karbon monoksida (CO) yang beracun.
Reaksi pembakaran bensin (C8H18) berlangsung sempurna dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2) beserta uap air jika gas oksigen (O2) cukup tersedia. Pada ruang mesin kendaraan, kadar O2 tidaklah mencukupi, sehingga pembakaran bensin tidak sempurna. Akibatnya, di samping menghasilkan gas CO2 dan uap air, oksidasi bensin juga menghasilkan gas CO.
Gas CO memiliki kemampuan untuk terikat kuat dalam hemoglobin, suatu protein dalam darah yang bertugas mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh. Daya ikat hemoglobin terhadap CO dua ratus kali lebih kuat daripada O2 membentuk karboksihaemoglobin (COHb). Jika kita menghirup udara yang mengandung O2 dan CO, kedua gas ini akan berkompetisi untuk terikat pada hemoglobin, dan CO selalu tampil menjadi pemenang. Jadi yang lebih dahulu diikat hemoglobin adalah CO, baru kemudian O2. Sekiranya CO terlampau banyak, bisa-bisa O2 tidak diikat. Akibatnya, tubuh kita kekurangan oksigen untuk metabolisme sel-sel. Gas CO diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, janin dan semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen.
Pengaruh CO terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam kadar rendah. Penderita penyakit jantung dan paru-paru merupakan kelompok paling peka terhadap gas CO. Studi eksperimen terhadap pasien jantung dan paru-paru menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke jantung selama melakukan latihan gerak badan pada kadar COHb yang cukup rendah yakni 2,7%.
Pengaruh CO kadar rendah pada sistem syaraf dipelajari dengan suatu uji psikologi. Walaupun diakui interpretasi dari hasil uji ini sulit ditemukan bahwa kadar COHb 16% dianggap membahayakan kesehatan. Pengaruh ini tidak ditemukan pada kadar COHb sebesar 5%.
Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena gas CO pada kadar tinggi dapat menyebabakan kurangnya pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuensinya akan menurunkan tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin itu sendiri serta pada darah. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan yang lebih rendah dibandingkan normal.
Menurut evaluasi WHO, kelompok penduduk yang peka (penderita penyakit jantung dan paru-paru) tidak boleh menghirup gas CO dengan kadar yang dapat membentuk COHb di atas 2,5%. Kondisi ini ekivalen dengan kadar sebesar 35 mg/m3 selama satu jam.
Seseorang yang menghirup udara dengan kadar 100 ppm CO selama satu jam akan kehilangan 60% dari jatah O2 yang seharusnya diterima dari udara segar. Di kota-kota besar yang umumnya lalu lintas kendaraan cukup sibuk, kadar CO di udara mencapai 50 ppm, bahkan di daerah sekitar lampu-lampu lalu lintas (traffic light) dapat mencapai 120 ppm. Kadar CO di udara yang diperbolehkan (belum membahayakan untuk dihirup) adalah di bawah 100 ppm (0,01%). Udara dengan kadar CO 100 ppm dapat menyebabkan sakit kepala dan cepat lelah. Menghirup udara dengan kadar CO 750 ppm dapat menyebabkan kematian.

Semoga referensi di atas dapat berguna bagi saudara2!

No comments:

Post a Comment